Sabtu, 30 September 2017

Generasi Jaguar (6) Pagi Selalu Istimewa

Pagi hari di Cirebon, kami masih punya waktu sampai pukul 10.00 untuk jalan-jalan. Berhubung anak-anak masih ingin santai di hotel, cuma saya, suami dan si bungsu yang berniat jalan pagi.
            Menjadi kebiasaan suami untuk mendatangi public area  di tempat baru. Di sanalah napas kebudayaan sebuah pemukiman. Tidak ada yang menemani pun beliau akan jalan sendiri.
“Pagi hari di tempat baru sangat istimewa,” katanya suatu kali saya malas menemani. Soalnya sudah biasa menghadapi yang begini. Hahaha.

Selasa, 26 September 2017

Generasi Jaguar (5) Stasiun Cirebon dan Empal Gentong

        Sore harinya kami jalan ke stasiun Cirebon. Ini bagian dari mengenalkan lingkungan sekitar, di mana pun berada. Anak-anak sudah tahu apa yang akan dilakukan, memotret landmark dan belajar sejarah tempat tersebut.
Suami saya adalah orang yang sangat bersemangat soal ini. Ke mana pun kami pergi, ia akan mengajak untuk menjelajahi sekitar. Jika ada cerita sejarah terkait, dengan bersemangat akan diceritakannya untuk kami. Sudah banyak tempat terutama di Pulau Jawa yang didatanginya sejak lajang, sih. Jadi kadang kami bertanya ‘tempat mana saja yang belum dikunjungi’, bukan yang sudah. Hahaha.
Seringkali pula suami mengingat-ingat, “Aa dulu ke sini tahun berapa, ya… Bangunannya masih sama, ada tambahan bangunan yang itu, yang ini, yang sana…”

Senin, 25 September 2017

Generasi Jaguar (4) Di Cirebon, Kita!

           Alhamdulillah jalur ke timur lancar jaya. Mungkin karena sudah mulai arus balik lebaran, lebih banyak kendaraan menuju ke barat.
            Dibanding saya, suami lebih bisa mencairkan suasana di perjalanan. Baru keluar dari Jakarta, saaya sudah uring-uringan menghadapi Odie dan Azka yang bertengkar melulu. Wajar sih, gara-gara tempat sempit. Tapi heran juga, biasanya saya bisa sabar menghadapi anak-anak, tapi kenapa mendadak ingin marah.
            Curiga sedang PMS (pre menstruation syndrome), saya beritahu suami. Dia paham kondisi saya. Itulah kenapa sepanjang perjalanan hari itu ia berperan lebih banyak, sebagai sopir, pendongeng, penghibur dan penyulut semangat. Sedangkan saya jadi tim hore buatnya, sambil meringkuk di antara barang bawaan yang belum ditata ulang.